Sumber foto : capellaproject.com
Semua bermula saat membaca di media online dan televisi, ketika Jakarta berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri. Sejak 6 tahun lalu saya menetap di Jakarta. Saya jadi merasa khawatir sebagai ibu baru, anak saya, Qisya, saat itu masih berusia 1 tahun. Apalagi daerah belakang tempat tinggal saya adalah perumahan padat penduduk dan anak saya mulai suka bermain di luar rumah bersama anak-anak sekitar rumah. Sudah sewajarnya saya menjadi khawatir.
Syukurlah ketika KLB Difteri ada jadwal imunisasi anak saya, jadi saya dapat berbicara dengan dokter anak yang menangani anak saya dari bayi. Saat saya baru masuk ruang prakteknya, dokter anak tersebut menjelaskan tentang penyakit difteri.
Penyebab dan Gejala Difteri
Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, terkadang mempengaruhi kulit. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Difteri termasuk penyakit yang sangat menular dan penularannya melalui percikan ludah pengidap difteri di udara saat bersin atau batuk. Bisa juga dari barang-barang pribadi pengidap yang telah terkontaminasi bakteri.
Adapun beberapa gejala difteri, di antaranya:
- Terdapat lapisan tipis berwarna putih keabu-abuan yang menutupi tenggorokan dan amandel.
- Demam diatas 38° celcius dan menggigil.
- Tenggorokan sakit dan suara serak.
- Kesulitan bernapas dan menelan.
- Terdapat pembengkakan kelenjar getah bening dan terasa sakit.
- Pilek yang awalnya cair namun menjadi kental dan kadang-kadang bercampur darah.
Pada tahap yang parah, terjadi komplikasi difteri, di antaranya :
- Permasalahan pernapasan, saat selaput putih keabu-abuan menutupi tenggorokan yang dapat menyebabkan kesulitan bernafas biasanya akan dibuatkan lubang di pipa saluran pernapasan atas (tracheotomy).
- Kerusakan pada jantung, yang disebabkan karena toksin difteri masuk ke jantung yang membuat peradangan otot jantung. Hal ini dapat menyebabkan kematian mendadak.
Saya sempat merasa kalau Qisya terkena difteri karena sempat demam, batuk, dan pilek. Jadi parno sendiri dan bergegas membawanya ke dokter. Syukurlah dia cuman terserang batuk dan pilek saja. Keesokan harinya, dia sudah tidak demam lagi. Jadi dokter hanya memberinya sirup obat batuk. Tinggal di daerah KLB difteri mending rada takut sedikit dibandingkan anak kita terlambat ditangani.
Pengobatan Difteri
Sebelumnya, dokter harus benar-benar mendiagnosis orang terduga tertular difteri dengan melakukan pemeriksaan fisik seperti demam dan adanya pembengkakan di kelenjar getah bening dan terdapat salaput putih keabu-abuan ditenggorokan dan amandel. Selanjutnya, harus benar-benar diisolasi guna mencegah penularan. Dalam masa isolasi, akan disuntikkan antitoksin difteri dan antibiotik. Disarankan untuk bed rest apalagi jika ada komplikasi ke jantung.
Penanggulangan Wabah Difteri oleh Pemerintah
Sumber foto : kemensesRI
Upaya untuk menanggulangi wabah difteri, pemerintah melaksanakan Outbreak Response Imunization Difteri (ORI Difteri). Di tahap awal dilaksanakan imunisasi ini untuk anak usia 1 – < 19 tahun. Vaksin dilakukan di sekolah-sekolah, puskesmas, dan posyandu serta rumah sakit. Diharapkan dengan dilaksanakannya ORI Difteri ini memutus rantai penularan difteri.
Qisya pun tak luput dari ORI difteri ini meski pada usia 2, 4, dan 6 bulan telah lengkap imunisasi DTP, HB dan Hib tetap harus diberikan. Jadi, ORI 1 diberikan usia 18 bulan , ORI 2 di usia 20 bulan, dan ORI 3 diberikan pada usia 2 tahun. Syukurlah pemerintah melalui Kementerian Kesehatan cepat tanggap untuk KLB difteri ini. Semakin banyak anak terselamatkan dari difteri ini.
Artikel yg infirmatif dan bermanfaat. Tp sy bacanya agak berat tulisannya, apa krn basic sy yg beda ya Hahahaa
makasih kak. 🙂
Syukurlah sudah ada penanganannya, sehingga pada tidak menanggung tumbuh kembang anak.
Karena gejala sakit pada umumnya badan Demam entah itu pada anak kecil ataupun dewasa.
Tetap sehat buat dedek Qisha
Alhamdulillah ya kemkes cepat tanggap untuk KLB difteri ini.
Behhh baik mengungsiki dulu kalau begitu kejadiannya takutnya menukar ke keluarga
deh mesti di isolasi daeng
alhamdulillah Qisya tidak terdampak Difteri. sehat-sehat selalu yah nak. jangan bikin Ummi Nhie khawatir lagi.
Alhamdulillah. terima kasih om
Sebelumnya saya selalu kira difteri itu penyakit pencernaan. Kayak muntaber. Tenyata bukan ya? Saya baru tahu banyak setelah baca kasus yang lagi ramai kemarin.
Semoga Qisya sehat terus ya nak :*
bukan daeng.disentri itu yg kayak muntaber
Terima kasih om
Saya dulu pikir penyakit Difteri itu sama dengan Disentri, penyakit pencernaan, hahah…
beda kak, difteri lebih ke pernasapasan.
Wah saya masih awam kalau soal beginian kak, tp syukurlah baca artikel ini jd ada gambaran soal. Penyakit difteri
saya juga masih awam kak. cuman modal googling dan bertanya sama dokter anak.
Qisya semoga selalu sehat yaaa~ ayo Qisya main ke space lagi ketemu boneka dino dan boneka fox hahaha.
deeh bayakm boneka na. setiap liat boneka hewan apa saja pasti mau ki.
Meresahkan memang ini wabah difteri, apalagi buat buibu yang punya anak balita. Selain vaksin, asupan nutrisi anak jugaa wajib dijaga biar ga gampang drop
iya.nutrisi sangat penting juga kak